Pengertian Manajemen Risiko Menurut
Para Ahli
Menurut Djohanputro
(2008), Manajemen risiko merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam
mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan
resiko, dan memonitor dan mengendalikan penanganan resiko.
Menurut Clough and Sears (1994) Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu
pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua kejadian yang menimbulkan
kerugian.
Smith (1990) mendifinisikan manajemen resiko sebagai proses identifikasi,
pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah resiko yang mengancam aset dan
penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan
atau kerugian pada perusahaan tersebut.
Menurut William, et.al.,1995,p.27 Manajemen risiko juga merupakan suatu
aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi, mengukur, dan
menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi.
Menurut Siahaan (Manajemen Risiko : 2007), manajemen risiko adalah perbuatan
(praktik) dengan manajemen risiko, menggunakan metode dan peralatan untuk
mengelola risiko sebuah proyek.
Menurut Tampubolon (Risk Management;2004) Manajemen risiko juga dapat diartikan
sebagai kegiatan atau proses yang terarah dan bersifat proaktif, yang ditujukan
untuk mengakomodasi kemungkinan gagal pada salah satu, atau sebagian dari
sebuah transaksi atau instrumen.
Dengan Demikian Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan
dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko,
pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko
dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya.
Fungsi Pokok Manajemen Risiko
a. Menemukan
kerugian potensial
Mengidentifikasi seluruh risiko yang akan
dihadapi oleh organisasi.
b. Mengevaluasi
kerugian potensial
Mengenal
dan menanggulangi besarnya frekuensi kerugian dan keparahan atau
kegawatan kerugian.
c. Menentuka
cara penanggulangan risiko
Agar
suatu organisasi dapat menentukan cara apa yang dapat dilakukan dan tepat untuk
menangani sebuah risiko. Apakah itu dengan mengurangi, mencegah, meretensi (
menahan sendiri ), menghindari dan memindahkan kerugian kepada pihak lain
Metode Identifikasi Resiko
1. Analisis data historis
2. Pengamatan dan Survey (menggunakan
questionnaire, inspeksi langsung, dan interaksi dengan unit kerja)
3. Pengacuan (Benchmarking)
4. Pendapat ahli.
Empat
Kategori Pengambilan Keputusan
a. Keputusan dalam keadaan kepastian (certainty)
Apabila semua informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan lengkap, maka
keputusan dikatakan dalam keadaan yang pasti (terdapat kepastian). Dengan kata
lain dalam keadaan ada kepastian, kita dapat meramalkan secara tepat hasil dari
tindakan (action). Misalnya dalam persoalan linear programming,
kita dapat mengetahui berapa jumlah keuntungan (profit) maksimum yang
bisa diperoleh setelah kita mengetahui persediaan setiap jenis bahan dan
kebutuhan input bagi masing-masing jenis produk. Dalam kehidupan sehari-hari,
banyak sekali keputusan yang kita ambil dalam keadaan ada kepastian. Kita tahu
dengan pasti arah untuk berangkat ke kantor, restoran favorit, atau obat yang
mujarab. Hal-hal semacam itu sudah rutin kita laksanakan sehingga tidak perlu
pemikiran yang mendalam. Permasalahan akan berbeda ketika pemerintah harus
mengatur ekspor non-migas dari sektor pertanian agar jumlah penerimaan devisa
hasil ekspor maksimal dengan memperhatikan kendala-kendala yang ada. Misal,
luas lahan yang tersedia, jumlah petani, jumlah benih dan modal yang tersedia,
dan jumlah permintaan.
Berbagai teknik Operation Research (OR) yang tergolong ada kepastian
antara lain linear programming (LP), persoalan transportasi, persoalan
penugasan, net working planning. Pemecahan mengenai pemngambilan keputusan
dalam keadaan / situasi adanya kepastian bersifat deterministik.
b. Keputusan dalam keadaan resiko (risk)
Resiko
terjadi bila hasil pengambilan keputusan walaupun tidak dapat diketahui dengan
pasti, tetapi dapat diketahui nilai kemungkinannya (probabilitas). Misalnya,
anda ingin memutuskan membeli barang. Setiap barang dibungkus dengan rapi
sehingga anda tidak dapat membedakan barang yang dalam keadaan bagus maupun
cacat. Seandainya penjual tersebut jujur dan anda diberitahu bahwa barang
tersebut berjumlah 100 buah dan barang yang dalam keadaan rusak berjumlah 99
buah. Kemudian anda harus memutuskan apakan membeli barang tersebut atau tidak.
Bila anda termasuk orang yang normal, mungkin anda tidak akan membeli barang
tersebut, sebab resikonya terlalu besar. Kemungkinan memperoleh barang rusak
sebesar 99%. Namun jika sebaliknya, jumlah barang yang rusak hanya ada 1 buah.
Kemungkinannya adalah anda akan membeli barang tersebut, sebab kemungkinan
untuk mendapatkan barang rusak hanya 1%.
c. Keputusan dalam keadaan ketidakpastian (uncertainty)
Adalah suatu keadaan dimana kita tidak dapat menentukan keputusan karena belum
pernah terjadi sebelumnya (pertama kali). Dalam keadaan ini kita perlu
mengumpulkan informasi sebanyak-banyak tentang suatu pemasalahan. Dengan
informasi tersebut maka dapat dibuat beberapa alternatif-alternatif keputusan
sehingga dapat diketahui nilai probabilitasnya. Dengan diperolehnya nilai
probabilitas baik berdasarkan informasi yang anda peroleh maupun berdasarkan
pendapat anda secara subjektif. Permasalahan ini sudah tidak lagi berada dalam
ketidakpastian, melainkan berada dalam kepastian karena resiko yang akan
diterima telah diketahui. Walaupun nilai probabilitas yang anda peroleh cukup
kasar (roughly estimate). Pohon keputusan (decision tree) bisa
dipergunakan untuk memecahkan persoalan dalam ketidakpastian.
d. Keputusan
dalam keadaan konflik (conflict)
Terkadang dalam pengambilan keputusan tidak selalu lancar. Banyak
permasalahan-permasalahan yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan. Apalagi bila keputusan yang diambil terdapat konflik atau dapat
menyebabkan konflik. Situasi konflik dapat terjadi bila kepentingan dua
pengambil keputusan atau lebih saling bertentangan (ada konflik) dalam situasi
yang kompetitif. Pengambil keputusan bisa juga berarti pemain (player)
dalam suatu permainan (game). Sebagai contoh, pengambil keputusan (sebut
A) memperoleh keuntungan dari suatu tindakan yang dia lakukan (course of
action). Hal ini disebabkan karena pengambil keputusan yang lain (sebut B)
juga mengambil tindakan tertentu. Dalam analisis keputusan (decision
analisys), pengambil keputusan atau pemain tidak hanya tertarik pada apa
yang secara individual dilakukan, tetapi juga apa yang dilakukan oleh keduanya
(yaitu A dan B). Oleh karena itu keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh
masing-masing akan saling mempengaruhi baik secara positif (menguntungkan) atau
negatif (merugikan). Dalam praktiknya banyak sekali situasi semacam itu,
misalnya perusahaan terlibat dalam strategi pasar yang kompetitif, pengembangan
produk baru, dan memikat eksekutif yang berpengalaman.
Sumber :